F. C. Wibowo*, **A. Suhandi, ***B. Harjoto
*1Prodi Doktor IPA Sekolah Pascasarjana, UPI Bandung, **Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, UPI Bandung
***Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (POLTRAN) Tegal, Kementerian Perhubungan
ABSTRAK
Telah dilakukan studi eksperimen tentang penerapan model Project Creative Learning (PCL) untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif pada konsep listrik magnet. Tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan keterampilan berpikir kreatif sebagai dampak penerapan model. Metode penelitian yang digunakan eksperimental dengan desain two group pretest-posttest. Subyek penelitian mahasiswa semester 2 (dua) di salah satu Universitas Swasta di Kota Semarang, Jawa Tengah. Instrumen penelitian terdiri dari tes keterampilan berpikir kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penerapan model pembelajaran sebagian keterampilan berpikir kreatif tinggi. Hal ini diindikasikan oleh rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> keterampilan berpikir kreatif pada kelompok eksperimen 1 meningkat sebesar 0,72 dan pada kelompok eksperimen 2 meningkat sebesar 0,74. Hasil ini menunjukkan bahwa model PCL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara spesifik indikator keterampilan berpikir kreatif yang dinilai dalam penelitian ini difokuskan pada empat aktivitas keterampilan berpikir kreatif yaitu (1) aktivitas bertanya, (2) aktivitas menerka sebab suatu kejadian, (3) aktivitas menerka akibat suatu kejadian dan (4) aktivitas memperbaiki hasil keluaran. Hasil penilaian keterampilan berpikir kreatif berupa rata-rata skor mahasiswa.
Gambar di atas menunjukkan rata-rata skor tes awal, skor tes akhir dan skor skor gain yang dinormalisasi <g> hasil keterampilan berpikir kreatif yang dicapai mahasiswa setelah diterapkan model PCL. Rata-rata skor tes awal hasil keterampilan berpikir kreatif mahasiswa pada kelompok eksperimen 1 sebelum pembelajaran sebesar 10,12 dan setelah pembelajaran sebesar 24,41 dari skor ideal 30. Pada kelompok eksperimen 2 sebelum pembelajaran sebesar 11 dan setelah pembelajaran sebesar 28,64 dari skor ideal 30.
Berdasarkan Gambar 3 diperoleh informasi bahwa rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> keterampilan berpikir kreatif mahasiswa pada kelompok eksperimen 1 sebesar 0,72 apabila dikonfirmasi dengan kategori gain (Hake,1999) termasuk pada kategori tinggi. Sedangkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> keterampilan berpikir kreatif mahasiswa pada kelompok eksperimen 1 sebesar 0,74 apabila dikonfirmasi dengan kategori gain (Hake, R. R., 1999) termasuk pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa setelah penerapan model PCL.
Penerapan model PCL ternyata dapat meningkatkan rata-rata skor gain <g> hasil keterampilan berpikir kreatif pada kelompok eksperimen 1 sebesar 0,72 dan pada kelompok eksperimen 2 sebesar 0.74 dengan kategori tinggi. Peningkatan ini sesuai dengan yang diharapkan yaitu meningkat kategori tinggi. Beberapa hal yang menyebabkan peningkatan <g> diantarnya; (1) pembelajaran PCL memotivasi mahasiswa melalui tantangan tugas proyek yang diajukan oleh dosen diawal pembelajaran dan adanya latihan soal-soal yang berkaitan dengan aspek keterampilan berpikir kreatif. (2) adanya latihan secara kontinyu yang dilakukan mahasiswa untuk menguasai keempat aktivitas keterampilan berpikir kreatif. (3) waktu yang optimal dalm mengerjakan proyek sehingga ada pematauan terhadap aktivitas keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.
Peningkatan <g> keterampilan berpikir kreatif pada aktivitas menerka sebab-sebab 0.83 dengan kategori tinggi. Peningkatan dalam kategori tinggi seperti yang diharapkan ini karena aktivitas bertanya sudah dilatihkan dalam proses pembelajaran dan adanya pemantuan terhadap aktivitas ini. Diantaranya ketika dalam penyelidikan dengan eksperimen, memecahkan permasalahan dari tugas proyek, apabila kegiatan tersebut sudah selesai dilaksanakan mahasiswa maka sudah dianggap memahami sebab-sebab. Selain itu, dikarenakan soal-soal pada aktivitas bertanya pada konsep listrik magnet terdapat soal-soal yang mengandalkan keterampilan berpikir yang mendalam.
Peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada aktivitas menerka sebab-sebab sebesar 0,66 dengan kategori sedang. Peningkatan kategori sedang ini dimungkinkan karena terfasilitasinya aktivitas menerka akibat-akibat dalam model PCL. Soal-soal pada aktivitas menerka sebab-sebab suatu kejadian memerlukan pemahamam konsep terlebih dahulu sebelum menjawab dengan menentukan penyebab dari suatu kejadian. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada aktivitas ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan aktivitas yang lain. Hal ini dikarenakan pada aktivitas menerka sebab-sebab mahasiswa belum terfasilitasi secara optimal dan proses eksplorasi kognitif yang masih kurang terlihat belum terbiasa dalam melakukan eksperimen yang dapat melatihkan keterampilan menentukan sebab-sebab sehingga mempengaruhi mahasiswa dalam menangkap serta mamahaminya. Oleh karena itu, guru harus meningkatkan kemampuan-kemampuan dasar dalam mengajar.
Peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada aktivitas menerka akibat-akibat sebesar 0,73 dan aktivitas memperbaiki hasil keluaran sebesar 0,71 dengan kategori tinggi. Pe- ningkatan aktivitas memperbaiki hasil keluaran dengan kategori tinggi, lebih disebabkan ada-nya latihan yang memfasilitasi pada aktivitas ini tetapi tidak secara terus-menerus. Mahasiswa sudah difasilitasi dan adanya pemantuan terhadap aktivitas ini. Hal ini terjadi karena mahasiswa sudah dilatih dalam menerka akibat-akibat pada saat penanaman konsep melalui eksperimen. Selain itu, salah satu kelebihan model PCL ini adalah adanya tantangan untuk mengerjakan tugas proyek. Pada tahapan tantangan ini mahasiswa termotivasi untuk mengerjakan tugas proyek yang diajukan oleh guru. Hal ini dapat membuat mahasiswa termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada aktivitas ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan aktivitas yang lain tetapi tidak pada kategori tinggi seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan tidak ada pemantauan terhadap aktivitas menerka akibat-akibat yang disebabkan oleh keterbatasan waktu untuk memfasilitasi mahasiswa dalam melatihkan keterampilan ini. Hal ini sesuia dengan hasil penelitian (Renata, 2008). Pembelajaran PCLmembantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan meningkatkan pemahaman sains. Hal ini juga sesuia dengan hasil penelitian Yalcin et al. (2009) bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat mempengaruhi sikap, motivasi belajar fisika dan pengembangan keterampilan berpikir. Langkah model PCL sesuai dengan hasil penelitian Hou, (2010) yaitu ada 7 (tujuh) Pola perilaku PjBL: 1) analisis awal dari topik proyek, 2) pengumpulan data yang relevan dengan proyek, 3) Evaluasi awal dari data yang dikumpulkan, 4) Menulis dan analisis isi proyek. 5) analisis komprehensif, dan kompilasi dari analisis data, 6) Mengusulkan komentar, 7) Diskusi relevan dengan proyek. Hasil produk proyek yang telah dilakukan dapat bermanfaat untuk lingkungan, hal ini didukung oleh Stefanou, et. al. (2013) pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan lingkungan membantu siswa dalam mendukung hasil belajar.
Laporan penelitian selengkapnya dapat diunduh dilink berikut :